Sepucuk Surat Adrian, Mahasiswa Asal Soe yang Tewas Gantung Diri

Sepucuk Surat Adrian, Mahasiswa Asal Soe yang Tewas Gantung Diri

Sepucuk surat yang ditulis tangan pada sebuah  kertas folio bergaris sempat ditemukan Muhamad dan Putri di dalam kamar Adrian. (Foto: Korban gantung diri Adrian Makandolu/AT)

BOGOR, dawainusa.com Kisah tragis menimpa mahasiswa asal Soe, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Adrian  Makandolu. Pria kelahiran 28 Januari 1994 ini ditemukan tak bernyawa dengan posisi tergantung di kafe Sunset Jalan Paledang, Kelurahan Paledang, Kota Bogor, Selasa (7/11).

Peristiwa kematian Adrian, demikian ia akrab disapa, terungkap berawal dari kedua karyawan kafe, Putri dan Muhamad Faisal yang saat itu berada di kafe. Kedua saksi menemukan Adrian yang sudah tidak bernyawa lagi di dalam kamar kafe.

Putri dan Muhamad menemukan kedua kain dengan simpul hidup terikat di lehernya, lalu diikat pada bagian teralis jendela kamar dengan posisi kaki korban menggantung di atas lantai kamar.

“Saat itu saksi Muhamad Faisal dan Putri yang datang ke kafe, namun pintu kafe dikunci dari dalam dan korban dipanggil saksi tidak menyahut. Kemudian saksi melihat ke dalam dengan cara membuka jendela kamar korban dan melihat korban tergantung di jendela kamar korban,” jelas saksi seperti dalam rilis yang disampaikan Humas Polresta Bogor Kota AKP Syarif Hidayat, Selasa (7/11) malam.

Sepucuk Surat yang Ditinggalkan

Sebelum mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Bogor ini nekat menghabisi nyawanya, sepucuk surat yang ditulis tangan pada sebuah  kertas folio bergaris sempat ditemukan Muhamad dan Putri di dalam kamarnya. Dalam suratnya itu, Adrian meminta maaf kepada keluarga, kerabat dan juga sang kekasihnya.

Dawainusa coba menulisnya kembali;

“Maaf kalo beta banyak salah, beta pilih jalan begini karena beta rasa memang su sond sanggup lai. Beta terlambat sukses di beta pu umur yang su talalu jauh. Buat mak Upik terimakasih banyak mak su mau piara beta sampe buat banyak bikin susah mak, mak tetap sayang beta ke mak pu anak kandung. Mak, beta banyak terimakasih di mak dan keluarga. Buat beta pung bapa beta pung mama dan beta pu adek-adek, beta minta maaf juga beta belum sempat bikin besong bahagia. Karena beta pung kebodohan sendiri beta sayang bapa dengan mama walau katong hidup kurang ju beta tetap sayang bapa dengan mama. Maaf beta sudah terjerumus dalam narkoba, judi, pergaulan bebas yang terlalu berat buat menderita. Beta pamit, beta minta maaf.

Yang terakhir buat Kristal. Maaf beta sonde bisa jadi yang terahir buat lu. Tapi lu su jadi yang terakhir buat beta Tal. Beta sayang lu, beta cinta lu Tal. Tpi memang ini su beta pung jalan Tal. semoga lu dapat suami yang betul-betul sayang lu Tal. Maaf beta banyak buat susah lu juga. Beta pamit Tal, semoga kita bisa ketemu di kehidupan mendatang… Love u Kristal.”

Sepucuk surat yang ditulis Adrian sebelum gantung diri

Duka Para Kerabat

Yogen Sogen, salah seorang sahabat korban mengaku terkejut dengan peristiwa kematian Adrian. Sebagai sahabat yang selalu berbagi cerita dalam setiap masalah, Yogen mengaku seolah masih tidak percaya akan kejadian itu.

“Sekitar jam 6 sore saya ditelpon teman. Kebetulan teman yang telpon saya lagi di Sumba. Beliau meminta saya untuk ke kafe Sunset karena dapat info ada yang gantung diri di kafe. Saya tidak percaya karena kami sering bercanda, kalaupun ada masalah di kafe dan berkaitan dengan Adrian sudah pasti anak-anak sudah ke sana,” ungkap Yogen kepada dawainusa.com, Selasa (7/11) malam.

“Jam 19.05 saya baru dapat kabar yang pasti kalau yang gantung diri adalah Adrian, dan langsung saya cek status beliau di FB.  Dan sontak saya tidak percaya kalau Adrian senekat itu.  Selama ini beliau kalau ada masalah pasti selalu ceritakan ke teman-teman,” lanjutnya.

Menurut Yogen, meskipun korban memiliki banyak teman, tetapi ia dikenal mempunyai sifat yang selalu tertutup.

“Sifatnya selama ini selalu inklusif. Dan beliau memiliki banyak teman-teman, baik mahasiswa dari Indonesia Timur, maupun teman-teman asli daerah,” terang Yogen.

Kesedihan dan rasa kehilangan juga dialami oleh Jandy Adifa, salah satu sahabat baik korban.

“Saya sangat merasa kehilangan seorang sahabat, yang mengakhiri hidupnya dengan tragis seperti ini, tentu ini menjadi refleksi buat kami mahasiswa perantauan, namun apapun itu saya mendoakan semoga beliau tenang di sorga,” ungkap Jandy.* (AT)

COMMENTS